Jumat, 25 Juli 2008

I love You...Mr. Festival

Memasuki musim liburan, hari-hari sibuk dimulai oleh para biro-biro perjalanan wisata di Jakarta. Mereka berebut menarik orang-orang yang haus liburan dengan bermacam-macam promosi. Bagi Fiora, ini tahun keduanya melihat semua perubahan sikap para ticketing yang akan lebih sensitive. Sekitar 2 tahun yang lalu, setelah keluar masuk kantor untuk wawancara, akhirnya dia bisa diterima disalah satu biro perjalanan yang cukup besar di Jakarta sebagai staff ticketing, baginya ini merupakan batu loncatan untuk mencapai mimpinya menjadi seorang tour leader.
Berulangkali Fiora melirik jam besar bergambar kincir angina yang tegantung didinding ruang kantornya. Pukul 2.15 siang, cewek itu sedikit lega kaerna kurang dari satu jam dia akan keluar dari kesibukan itu. Sepasang laki-laki dan wanita separuh baya masuk dengan tergesa-tergesa.
“selamat siang, bisa dibantu?” sapa Fiora ramah. Sapaanya hanya dibalas oleh si lelaki karena tiba-tiba wanita ponsel disampinya itu berbunyi dan mulai sibuk bicara dengan suara yang lumayan keras. Laki-laki itu berumur sekitar 50 tahunan, menggunakan setelan safari hitam dan wanita bersamanya itupun tak jauh beda, hanya penampilannya jauh lebih mencolok dengan make up yang tebal dan perhiasan hamper diseluruh tubuhnya.
“bisa carikan tiket pesawat Garuda untuk ke Jogja besok?” laki-laki itu lagi yang bicara. Dengan jari-jari kecicnya yang sudah terampil Fiora mulai mencari dikomputernya. Beberapa jadwal penerbangan muncul dilayar.
“penerbangan paginya sudah penuh, tapi masih dibuka untuk penerbangan siang mulai pukul 13.00-14.00……”
jam 14.00, saya rasa.” Potong laki-laki itu sambil melirik wanita disampingnya yang masih terus menelpon, suara wanita itu sangat berat.
“baiklah, untuk berapa orang?” Tanya Fiora
“Cuma saya dan istri saya”jawabnya.
Fiora kemudian memintanya untuk menuliskan nama dan nomor telepon. 15 menit kemudian keduanya sudah menerima tiket, untuk pertama kalinya si wanita tersenyum pada Fiora. Baru saja mereka berdiri, seorang pria Jepang masuk. Tubuhnya tinggi, agak kurus, dan menjinjing sebuah koper coklat besar. Sesaat Fiora teringat janjinya dengan Nelly siang ini, dia punya firasat ini akan lama. Dan ternyata memang pria itu belum lancer bicara bahasa inggris. Sedikit penyesalan muncul dihati Fiora karena waktu kuliah dulu tidak serius memepelajari bahasa jepang. Anadai saja dia dulu mengikuti jejak Nelly yang sering dating ke pusat kebudayaan jepan, mungkin dia tak perlu menghabiskan lebih dari satu jam hanya untuk melayani satu tamu itu saja!!

Pukul 4 akhirnya cewek itu baru bisa keluar dari kantornya, dua jam molor dari seharusnya. Dia meringis ketika sinar matahari yang sangat terang menyilaukan matanya dan langsung mensuuk kulitnya yang putih. Tiba-tiba ponselnya berdering. Nelly..
“hei, loe dimana Fi?” suara Nelly terdengar berteriak.
“gue masih didepan kantor, sorry baru bisa keluar.” Jawab Fiora. “sebentar lagi gue kesana.”
“Fi, taikonya sudah dimulai setengah jam yang lalu, gila seru banget!” seru sahabatnya itu dengan penuh semangat. Sayaup-sayup Fiora bisa mendengar suara tabuhan disana.
“ok gue segera kesana Nell” sahut Fiora lalu menutup telpon ketika bis yang ditunggunya muncul.
15menit kemudian dia sudah tiba didepan salah satu hotel megah berbintang 5 dikawasan Sudirman itu. Dipintu masuk tampak antrian kendaraan yang cukup panjang. Fiora berjalan masuk dengan tergesa, beberapa wanita berpakaian kimono berlalu lalang. Dipintu masuk, seorang pria berpakaian jepang menyambutnya sambil memberikan sebuah kipas bundar bergambar gadis jepang berbaju merah. Cewek itu tersenyum kecil lalu masuk. Sebuah ruang pameran yang cukup besar dipenuhi dengan gambar-gambar yang terbingkai rapi berjejer didinding ruangan. Fiora terpaku didepan salah satu gambar yang melukiskan suasana pedesaan yang sangat indah dari tulisan kecil dibawah, lukisan itu dibuat oleh anak berusia 4tahun bernama siska (lengkap dengan fotonya).
Beberapa menit kemudian dia menghubungi ponsel Nelly.
"hallo Nell, gue sudah sampai, loe dimana?” tanyanya sambil berjalan keluar dari ruangan lukisan itu dan masuk keruangan lain yang lebih ramai.
“kalo loe masih diatas, sebaiknya langsung turun aja, Fi, gue ada diruang tempat pertunjuka taiko, sebelah kanan taman.” Jawab Nelly.
“ya udah, gue kesana.”
Sayup-sayup memang terdengar suara bunyi tabuhan dari bawah. Cewek itu berjalan melewati stand-stand yang menawarkan berbagai macam makanan jepang. Disini memang lebih ramai, dia harus berdesakan untuk keluar menuju tangga turunyang menuju taman. Seorang gadis kecil berkimono berlari cepat sambil membawa semangkuk es dan hamper menubruknya jika dia tak cepat berkelit. Aroma yang menggiurkan membuatnya tersadar kalau dirinya belum makan siang, tapi dia harus menemui sahabatnya itu dulu. Fiora meringis sambil menekan perutnya.
Dia sudah berada ditaman ketika suara-suara riuh itu semakin keras terdengar. Seperti yang sahabatnya bilang, disebelah kanan hotel itu terdapat ruang yang cukup besar menghadap sebuah lapangan basket. Dia menemukannya. Dari luar Fiora bisa melihat puluhan orang memenuhinya, menyaksikan suatu pertunjukkan kesenian ala Jepang bernama taiko, dimana beberapa orang menabuh beduk dengan beberapa ukuran dengan gerakan-gerakanyang teratur sehingga menghasilkan bunyi-bunyi yang indah (setidaknya itulah yang dikatakan sahabatnya). Festival Bon Odori sendiri diadakan setiap musim panas di Jepang, sekitar bulan juli atau agustus.
Cewek itu masuk dan mulai mencari sosok Nelly diantara orang-orang, dan itu pekerjaan yang tidak mudah. Matanya tertuju pada 5 orang yang sedang beraksi diatas panggung. 2orang wanita dan 3orang pria, menggunakan ikat kepala, yagn salah satunya kelihatannya adalah orang Jepang asli berusia sekitar 50-an. Dengan postur tubuh yang cukup kurus laki-laki itu mampu memukul sebuah beduk berukuran besar dengan gerakan-gerakan tubuh yang mengikuti alunan musik. Bagi Fiora sendiri, ini yang pertama kali dia menonton pertunjukan itu karena sebenarnya tidak seperti Nelly, fiora tidak begitu tergila-tergila tentang hal-hal berbau Jepang. Itulah sebabnya, perutnya terasa bergetar setiap kali mereka memukul beduk-beduk itu, dan berarti mengingat kan kembali perutnya tentang makanan.
Setelah beberapa lama mencari dan tak bisa menemukan juga sahabatnya itu, akhirnya dia menyerah, lalu keluar dari sana dan menelpon Nelly.
”Fiora, ada dimana ?” suara Nelly masih dengan semangat.
“diluar tempat pertunjukan taiko, tadi gue sudah masuk tapi loe nggak kelihatan juga” jawab Fiora. “trus, gue keluar deh, kayanya perut gue nggak mau kompromi. Jadi sementara ini, I will get some food first! Tadi gue belum makan siang”.
“tapi loe bakal kehilangan kesempatan melihat Tanaka”
“I know..tapi selama perut gue juga main musik, mana bisa gue nikmatinnya. Lagipula tadi gue sudah liat sedikit didalam.” Sahut Fiora sambil berjalan menyeberangi lapangan basket. Dia menemukan beberapa stand makanan juga disana.
“Nell, apa yang loe maksud Tanaka, pria Jepang tua yang berbadan kurus itu? Memang sih doi cukup lihai dan punya tenaga yang kuat, selera loe aneh Nell!” kata fiora lagi sambil tersenyum.
“sialan!” umpat Nelly diseberang telpon. “ Dia belum muncul Fi, sebentar lagi dan ini kesempatan loe untuk melihat dia, ini setahun sekali loh fi.”
Cewek satu ini memang terobsesi dengan segala sesuatu yang berbau Jepang. Siang itu, Nelly lah yang memaksanya ikut untuk mengenalkan salah satu idolanya, pemukul taiko yang katanya akan tampil. Dia sangat berharap suatu kali akan menikah dengan lelaki jepang pula dinegara itu. What a girl!!
Nelly masih terus bicara tentang Tanaka dan Fiora hanya mendengarkan sambil membeli 4buah kupon makanan. Kemudian dia mulai mencari makanan yang kira-kira bisa diterima lidah indonesianya (selama ini Fiora memang tidak terlalu menyukai makanan Jepang), sampai akhirnya dia berhenti didepan stand yang menawarkan mie. Dia berfikir sejenak sebelum akhirnya menyerahkan kupon ditangannya, sementara Nelly masih bicara.
“Fi, sebaiknya loe tahan dulu perut loe itu”
tapi tak ada kompromi lagi kalo sudah menyangkut perut. “oke kalau begitu tolong bilang sama si Tanaka itu untuk menunggu gue habiskan makan siang gue yang seadanya ini.” jawab Fiora lalu menutup telpon dengan cepat.
Dipinggir taman, tampak beberapa pasang muda-mudi duduk diatas rumput dibawah pohon rindang yang memang banyak tumbuh disana. Fiora mengambil tempat disebelah bangku taman agak jauh dari mereka. Ditengah taman itu terdapat sebauh panggung kecil yang menurut Nelly tempat puncak festival Bon Odori akan berlangsung malam nanti. Lampu-lampu lampion pun sudah menghias ditepi panggung dan diatas beberapa pohon besar. Fiora sempat menahan geli melihat dua orang gadis kecil berpakaian kimono yang berjalan dengan susah payah diatas sandal kau, wajah mereka tampak lucu dengan bibir kecilnya yang merah.
Cewek itu kemudian mulai melahap makan siang ‘seadanya’ itu dengan cepat, dan ternyata, mie itu terasa sangatt lezat. Dia terus menikmatinya, tanpa menyadari sejak tadi ada seseorang yang sedang memperhatikan tanpa berkedip. Dia baru menyadarinya ketika meneguk soft drink ( setelah mie terakhirnya tentu saja). Cewek itu nyengir pada bocah kecil yang mungkin sedang mempelajari bagaimana cara makan orang dewasa.
Wajah mungil dan mata bulat yang lucu dengan mulut kecilnya yang tiba-tiba bergerak itu menyita semua perhatian iora. Tanpa sadar, kekonyolannya muncul, diapun memainkan bibirnya menggoda bocah kecil berbaju merah itu. Usahanya cukup berhasil, dari mulutnya yang mungil terdengar suara tawa renyah. Tidak berhenti sampai situ, Fiora mulai menggerak-gerakkan bola matanya yang coklat, dan tawa sikecil pun semakin kuat. Apa yang sedang mereka lakukan itu menarik perhatian laki-laki yang saat itu sedang menggendong si kecil. Dan dia menemukan Fiora.
“hey sedang main dengan siapa?” tanyanya pada si bocah. Yang ditanya hanya menggerakkan jemarinya menirukan gerakan yang sedang dilakukan Fiora. Laki-laki itu kemudian hanya tersenyum memperhatikan keduannya bergantian.
“namanya siapa tadi?” Tanya fiora tanpa melepaskan pandangannya pada si bocah.
“Chiro”

...to be continued

Tidak ada komentar: