Jumat, 25 Juli 2008

Curug Cigamea (Part II)





Pukul 3 lebih, kami bersiap untuk meninggalkan kawasan wisat curug itu. Rencana nya sih mau wisata kuliner keliling kota Bogor. jalur pulang sama dengan jalur berangkat. Memasuki kota Bogor, ternyata tidak sesuai dengan rencana semula. Thimo yang kupikir bisa menjadi guide yang baik dan benar (secara rumahnya di Bogor), ternyata bingung juga. Akhirnya,,boro-boro wisata kuliner, Donatello pun lewat!! (salah dua tujuan ku ikut ke bOgor juga karena ingin mencari sepatu incaranku di toko itu).

Dijalur pulangpun, terjadi ketidaknyamanan itu. Dengan perut yang mulai merongrong, ada indikasi kalau perjalanan ini akan lama. Ada satu jalur yang biasa diambil untuk menuju Jakarta, namun entah mengapa kami mengambil jalan yang berbeda, kalo ga salah lewat parung (karena aku sama sekali tak tahu jalan, jadi yaaa nurut ajah!). dan yup…jalan ini benar-benar rusak.

Mulai dari Cibatok hingga Bogor, motor-motor kami berjalan santai ditambah dengan kondisi jalan rusak seperti ini pasti tak mungkin buat kebut (boro-boro mau nge-trek). Sedikit kekesalan muncul, dan aku sudah mulai tak peduli mau lewat mana. Sampai akhirnya – didaerah mana gitu, lupa- kami berhenti disebuah tenda pecel ayam. Sepiring nasi + ayamg goreng + lalapan+ the hangat kami habisi dengan sangat cepat. Lumayan..selain mengenyangkan perut juga mengurangi emosiku yang tadinya tinggi. Sambil makan kami mendiskusikan untuk pergi ke Masjid Kubah Mas.



Berangkatlah kami berlima. Pukul tujuh kami mulai memasuki Depok. Dan disanalah kami menemukan kemacetan itu. Masjid yang kini merupakan masjid terbesar setelah Istiqlal itu terletak disebuah sudut jalan yang tidak terlalu lebar dan belum bagus. Satu hal yang tak terpikirkan adalah kesalahan dating pada weekend seperti saat ini. jalanan kecil itu dipenuhi dengan bus-bus besar, mobil-mobil pribadi, dan puluhan motor. Benar-benar crowded!! Mereka yang tidak sabar keluar dari kendaraannya dan mulai berjalan kaki menuju lokasi Masjid.

Kami parkir didepan sebuah minimarket berjarak 100meter dari lokasi. Aku sempat panik dan ingin balik saja. Tapi tanggung sudah sampai ditempat apalagi jarang-jarang bisa kesini. Aku, Ryan, Thimo dan Adi berjalan kaki menuju Masjid, sedangkan Aloy stay untuk jagain motor.


Berjalan menuju lokasipun butuh perjuangan. Harus berdesak-desakan dengan pengunjung lain – bahkan dari mereka ada yang dari Sumatra, belum lagi bau asap knalpot kendaraan. Memasuki gerbang, mulai terlihat kilauan dari 5kubah yang berlapiskan emas (satu kubah paling besar bentuknya menyerupai kubah Taj Mahal dan 4buah kubah aga kecil). Seperti cerita-cerita yang kudengar, area masjid ini memang sangat luas (katanya sih mencapai 50 hektar). Jika datang dengan situasi dan kondisi berbeda mungkin aku bisa lebih menemukan keindahan dan kesakralan masjid ini. namun puluhan bus yang ada dengan ratusan orang yang bertebaran membuat aku tidak bisa menikmatinya. Bahkan beberapa orang terlihat tidur-tiduran disekitar taman yang jelas2 ada larangan untuk menginjaknya (sesekali aku melihat petugas taman mengusir mereka).

Karena ramai sekali, niatku dan Ryan untuk sholat didalam batal. Kami berkeliling sebentar dan mengambil beberapa foto, lalu kembali lagi ketempat parker motor.

Motor- motor kami mulai bergerak kembali. Kali inipun jalanan yang kami ambil sangat rusak (kalo ga salah lagi ni..lewat Gandul). Hujan gerimis mulai turun. Perjalanan yang butuh kesabaran dan konsentrasi tinggi.

Memasuki daerah Fatmawati, Aloy memisahkan diri. 3 motor lainnya termasuk aku ambil jalan lurus menuju Blok M – sudirman. Hujan pun sudah mereda. Adi berbelok di Tohsari. Ryan dan thimo mengantar ku dulu kekosan.

Alhamdulillah perjalanan ini selesai dan kami pulang dengan selamat. Terima kasih buat Ryan, Aloy, Thimo dan adi . Banyak yang bisa diambil dari sebuah perjalanan.





Tidak ada komentar: