Nov 07,2009
Kurasa semangat ku siang ini tak kalah tinggi dengan semangat sang mentari untuk membagi sinarnya yang terik. Meski harus meringis ketika baru saja melangkahkan kaki keluar rumah, aku tak gentar sedikitpun. Sabtu yang cerah, hari yang tepat buat nge'date! wait..did i say date??...secara saat ini jomblo jadi buang jauh2 pikiran tentang hal2 romantis itu ( yah walaupun agak2 ngarep si alasannya harus keluar panas2 gini ). Well eniwei.....rencana perjalanan kali ini pun tak kalah menarik, kurasa, Going to Bandung! rasa kangen akan kota ini membuat ku setuju untuk ikutan anak2 kantor - the ladies actually- jalan ke kota kembang. Apalagi kali ini kami akan menggunakan kereta api menuju kesana, satu pengalaman yang belum pernah kurasakan, dan pada akhirnya mampu mengalihkan duniaku, maksudnyaaa...pastilah kekhawatiranku bakal miskin sampai akhir bulan..weks!!
er muda berponi yg akan ikut..hehehe
Tiket kelas eksekutif kereta api Parahyangan yang akan membawa kami ke Bandung ternyata sudah menunggu, aku, fiona, viny, risti, yani dan sasa langsung masuk. Aku tak ingat kursi kami ada digerbong berapa, tapi sepertinya berada di gerbong yang agak depan. Tempat duduk dengan warna merah maroon terjajar dengan konfigurasi 2-2 dilengakpi satu bantal kecil disetiap kursinya. Sementara 4 cewek lainnya berada didalam satu deretan, aku lebih memilih satu kursi dibelakang barisan mereka tepat disamping jendela, pasti akan menyenangkan melihat pemandangan diluar. Selama ini aku selalu melihat lintasan kereta api yang melingkar timbul tenggelam dari balik bukit2, dan kini aku ingin merasakan sensasi berada dilintasannya. Komplain pertama terlontar tentang ac yang tak cukup dingin.
16:40 kereta tiba di stasiun kebun kawung, bandung.
Turun kereta, peserta tur mulai agak kebingungan dengan pintu keluarnya, akibatnya, yang harusnya keluar lewat pintu utara, kami malah keluar dari pintu selatan. Tapi dengan semangat tinggi ( karena baru menit2 pertama tur dimulai ) kami mengikuti arahan dari sang guide. Tujuan pertama adalah hunting satu tempat bernama 'De'Durens'. Risti membawa kami keterminal angkot disebelah stasiun. Perlu 2x naik angkot untuk sampai di resto yang terletak di Lengkong Besar itu. Tempat yang sempat kami liat dari satu website itu terletak dipinggir jalan raya, tidak terlalu besar, hanya merupakan satu ruko. Tidak terlalu ramai saat itu, hanya ada 2 kursi terisi. Mungkin karena ketika kami tiba hampir mendekati waktu maghrib.
Seorang wanita berkaus ungu membawakan menu untuk kami liat. Ternyata tidak semua menu terbuat dari durian, kebanyakan memang hanya untuk minumannya saja. Nama-nama minuman dibuat unik untuk menarik perhatian. Ada minuman berjudul : SBY, OBAMA, OSAMA,MEGA, dll. Kami mulai memesan minuman dengan rasa berbeda tiap orangnya, berharap bisa saling icip2.
Kenyang "hanya" menikmati es durian, the Gogle V kembali melanjutkan perjalanan, kali ini tujuan selanjutnya adalah menuju tempat kami akan menginap, yang sebelumnya sudah dipesan fiona waktu dikereta. Menurut informasi yang kami rangkum dari sang empunya D'Durens, untuk bisa mencapai guest house yang terletak disekitar jalan riau itu butuh 2x menggunakan angkot. Ada sedikit niat untuk 'break the rule' tema dari perjalanan ini dengan menggunakan taxi, namun niat itu kami tahan. Akhirnya kami kembali menggunakan angkot, yaitu :
1. angkot yang menuju buah batu ( agak maksa sih, karena ternyata jaraknya hanya sekitar 100m untuk berganti ke angkot ke-2, cuma gara2 supir nya 'ngetem' jadi lama )
2. angkot arah dago ( nah ,,yang ini juga rada ga bener, ternyata jalur nya tidak tepat melewati sepanjang jalan riau, hanya melintas tepatnya dipersimpangan Riau junction. padahal menurut fiona, guest house itu berada dibelakang Heritage. Akhirnya ditengah kemacetan lampu merah, kami ber-6 turun, melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki ( cukup buat pegel juga sih, karena ternyata tempat nya ga bener2 tepat dibelakang heritage, tapi rada muter2 dikit lagi.
Tak ada plang atau tulisan apapun didepan rumah yang teletak dijalan wira angun-angun no.46 ,lebih tampak seperti rumah biasa. Dengan mata berbinar dan tetesan keringat yang jatuh bercucuran, kami mulai mengetuk. Seorang perempuan setengah baya menyambut kami dengan senyum. Kemudian kami dibawa lantai dua rumah itu. Benar2 seperti rumah biasa, hanya saja ketika sampai dilantai 2 tenyata berjajar 4 buar kamar, dan masih ada juga beberpa dilantai 3. Kami mengambil 2 kamar. Tak tersedia ac dan tv ditiap kamar, karena memang udaranya sudah dingin. Ruangan nya cukup luas, dilengkapi tempat tidur, satu lemari pakaian, satu meja rias dengan kamar mandi yang cukup bersih. Haaaahhhh...akhirnya kami bisa melepas lelah untuk sesaat, karena rencananya nanti malam masih ada acara keluar lagih.
Sekitar pukul 7, saatnya keluar untuk hunting makan malam. Semua bersemangat, terutama Risti, yang sedari tadi terus mengeluh laper. Karena kurangnya susunan acara, maka makan malam pun aga kebingungan mau kemana. Untuk mengisi perut, beberapa dari kami mengisi nya dengan cemilan otak-otak bakar, kemudian masuk sebentar kedalam fo heritage.
Setelah sedikit perdebatan, diputuskan untuk mencari makan di sekitar dago. Dengan sisa tenaga yang sudah terkuras dari siang, kami mencoba untuk menyetop taxi, tapi tak mudah untuk menerima 6 wanita cantik masuk sekaligus dalam 1 taxi ( walaupun kami sudah mengerahkan senyum terpanis yang tersisa ). Memang sepertinya kami harus berkomitmen pada tema tur ini, lagi2 angkot menjadi penyelamat.
Seperti sabtu-sabtu malam biasanya, jalan dago akan tampak ramai, penuh dengan kegiatan-kegiatan para mahasiswa yang disadari atau tidak membuat mecat jalanan.
Kami memutuskan untuk makan di sebuah kafe bernama 'soto pelangi' yang menyediakan menu nasi tutuk oncom dll. Terletak dipersimpangan jalan juanda bernama 'soto pelangi'. Terlihat jelas kelelahan di wajah teman2 ku, walaupun aku tidak begitu lelah - well mungkin karena sudah biasa jalan- gak tega juga melihat tampang2 lelah dan kelaparan itu. Untungnya menu di cafe ini tidak buruk!! Mudah saja sebenarnya menilai makanan itu enak atau tidak. Tatap saja wajah vinny, kalau tidak ada kerutan didahi nya dan tak ada komentar doi, berarti enak...
Tak lama, Nopi, sepupu ku yang kuliah di Bandung datang dan bergabung. Dari sana, nightsightseeing tur pun dilanjutkan. Berjalan sepanjang jalan dago, sudah pukul 9 banyak FO yang sudah mulai tutup. Namun Vinny bersemangat mengejar satu fo 'the uptown '. Malam itu kurang beruntung, karena ketika tiba disana, fo tsb sudah tutup. Hanya aku yang bisa mengejar masuk ke 'donatelo'.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar